Sintaksis
BAB
I
PENDAHULUAAN
1.1
Latar Belakang
Masih
banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat
sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan masyarakat
Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan
sebagai alat komunikasi sehari-hari. Banyak permasalahan yang ada dalam
mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu pendalaman dan banyak
mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya
apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.
Sintaksis
merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar kata dalam
tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah
frase, klausa dan kalimat. Didalam makalah ini akan dibahas ketika pokok
bahasan tersebut secara rinci.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah
pengertian dari sintaksis?
2. Apa
saja yang termasuk dalam sintaksis bahasa Indonesia?
3. Apakah
yang dimaksud dengan frasa, klausa, dan kalimat?
4. Apa
sajakah macam-macam dari frasa dan strukturnya?
5. Apa
sajakah macam-macam dari klausa dan srukturnya dalam sintaksis?
6. Apa
saja macam-macam dari kalimat dan strukturnya?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat
mengetahui pengertian sintaksis.
2. Dapat
mengetahui secara jelas frasa, klausa, dan kalimat dalam sintaksis.
3. Dapat
mengetahui jenis-jenis frasa dan strukturnya dalam kajian sintaksis.
4. Dapat
mengetahui macam-macam klausa beserta strukturnya.
5. Dapat
mengetahui jenis-jenis kalimat dan strukturnya dalam kajian sintaksis.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Sintaksis
Kata
sintaksis berasal dari bahasa belanda yaitu syntaxis. Dalam bahasa
inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase
(Ramlan,2001). Misalnya :
Saya
dan ali sedang menggambar lukisan pemandangan ketika nenek aminah sedang
memasak kentang goreng
Contoh
di atas dapat diklasifikasikan atas :
Satu
kalimat :
- saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan ketika nenek Aminah
sedang memasak kentang goreng
Dua
klausa :
(1)
saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan
(2)
ketika nenek Aminah sedang memasak kentang goreng
Enam
frasa :
(1)
saya dan Ali
(2)
sedang menggambar
(3)
lukisan pemandangan
(4)
nenek Aminah
(5)
sedang memasak
(6)
kentang goreng
2.1.2
Frase
Ramlan (1981) membagi frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya
atas dua jenis, yakni frase endosentrik dan frase eksosentrik.Frase adalah
kelompok kata yang menduduki suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap,subjek,
dan keterangan ) dan kesatuan makna dalam kalimat.
a. Frasa
Eksosentris
Frasa
Eksosentris, adalah frasa yang komponen-komponennya tidak mempunyai prilaku
sintaksis yang sama dengan keseluruhan dan tidak mempunyai UP (unsur pusat)
Contoh:
Sejumlah
orang di gardu.
Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori
kata, frase terdirii atas :
1.
Frase verbal , yaitu satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih
dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa.
Contoh : kapal laut itu sudah berlabuh
2.
Frase nominal, yaitu dua buah kata atau lebih yang intinya dari nominal atau
benda dan satuan itu tidak membentuk klausa.
Contoh : Kakek membeli tiga buah layang-layang
3.
Frase ajektival, yaitu satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih
sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa.
Contoh : Baju itu sangat indah
4.
Frase pronominal, yaitu dua kata atau lebih yang intinya pronominal dan hanya
menduduki satu fungsi dalam kalimat.
Contoh : Saya sendiri akan pergi ke pasar
5.
Frase numeralia, yaitu dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi
dalam kalimat namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia.
Contoh : Tiga buah rumah sedang terbakar
b. Frasa
Endosentris
frase
endosentrik terbagi atas tiga jenis :
(a)
Frase endosentrik koordinatif, yaitu frase yang unsur-unsurnya setara,dapat
dihubungkan dengan kata dan, atau, misalnya :
-
Kakek nenek
(b)
Frase endosentrik atributif, yaitu frase yang unsur-unsurnya tidak setara
sehingga tak dapat disisipkan kata penghubung dan, atau , misalnya :
-
Buku baru
(c)
Frase endosentrik apositif, yaitu frase yang unsurnya bisa saling menggantikan
dalam kalimat tapi tak dapat dihubungkan dengan kata dan dan atau, misalnya
:
-
Almin, anak pak Darno sedang membaca
2.1.3
Klausa
Klausa
adalah satuan gramatikal yang setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan
predikat. Klausa berpotensi menjadi kalimat (kridalaksana 1982:85).
“klausa
dijelaskan sebagai satuan gramatikal yang terdiri atas dari P,baik disertai S,
O, PEL, KET atau tidak. Dengan ringkas klausa ialah (S) P (O),(PEL)
(KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yangterletak dalam kurung itu bersifat
manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.”(Ramlan 1981:62)
(a) Klasifikasi
Klausa
Ada
lima dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Kelima
dasar itu adalah:
1. Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti
klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir
adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir.
Atas
dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya,
berikut klasifikasinya:
a) Klausa
Lengkap
Klausa
lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini
diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
1. Klausa
versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.
Contoh
: Kondisinya masih kritis.
2. Klausa
inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
Contoh
: Masih kritis kondisinya.
b) Klausa
Tidak Lengkap
Klausa
tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam
klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain
dihilangkan.
2. Klasifikasi
klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan
P.
Unsur
negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum,
dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang
secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
a. Klausa
Positif
Klausa
poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan
P.
Contoh
: Bambang seorang pesepak bola tersohor.
b. Klausa
Negatif
Klausa
negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh
: Bambang bukan seorang pesepak bola tersohor.
3. Klasifikasi
klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan
kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
a) Klausa
Nomina
Klausa
nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
nomina.
Contoh: Bapak
itu dosen linguistik.
b) Klausa
Verba
Klausa
verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.
Contoh
: Dia membantu para korban
banjir.
Klausa
verba dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:
a. Klausa
Transitif , yaitu klausa yang predikatnya berupa verba transitif.
Contoh:
Adik menulis surat.
b. Klausa
Intrasitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitif.
Contoh: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
Contoh: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
c. Klausa
Refleksi, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba refleksif.
Contoh:
Kakak sedang berdandan.
d. Klausa
Resiprokal, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal.
Contoh: Orang itu bertengkar sejak tadi.
Contoh: Orang itu bertengkar sejak tadi.
c)
Klausa Adjektiva
Klausa
adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
adjektiva.
Contoh
: Ibu guru sangat baik.
d)
Klausa Numeralia
Klausa
numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
numeralia.
Contoh
: Anaknya empat orang.
e) Klausa
Preposisiona
Klausa
preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
preposisiona.
Contoh
: Kertas itu di bawah meja.
f)
Klausa Pronomia
Klausa
pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh
: Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
4. Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
a. Klausa
Bebas
Klausa
bebas ialah klausa yang memiliki subjek dan predikat, sehingga berpotensi untuk
menjadi kalimat mayor. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian
dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat
dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada
wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh
: Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
b. Klausa
terikat
Klausa
terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor,
hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak lengkap.
Kalimat minor adalah konsep yang merangkum: pangilan, salam, judul, motto,
pepatah, dan kalimat telegram.
Contoh
: Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
5. Klasifikasi
klausa berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
a. Klausa
Atasan
Klausa
atasan adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
Contoh
: Irwan datang ketika kami sedang menonton film.
Klausa
Atasan
b. Klausa
Bawahan
Klausa
bawahan ialah klausa yang belum lengkap isinyadan tidak dapat berdiri
sendiri.
Contoh
: Irwan datang ketika kami sedang menonton film.
Klausa
Bawahan
2.1.4
Kalimat
Dalam
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia :1988 dikatakan bahwa kalimat adalah satuan
bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran
yang utuh secara kebahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh
alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti
oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam
wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda Tanya, atau tanda seru.
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial
terdiri atas klausa.
Jenis
Kalimat
Dari segi bentuk, kalimat dapat dikelompokan atas dua jenis :
1.
Kalimat tunggal
yaitu
kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) taua kalimat yang
hanya terdiri atas satu klausa.
Contoh :
Toni menanam biji
jarak di kebun
S
P
O Ket
Berdasarkan
predikatnya, kalimat tunggal terbagi atas:
a. Kalimat
nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh:
Ayahnya seorang pelukis.
b. Kalimat
verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh
: Rino belajar aritmetiak.
c. Kalimat
adjectival adalah kalimat yang predikatnya berupa adjektiva atau kata sifat.
Contoh
: Soal ini sulit sekali.
2. Kalimat
Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yag terdiri atas dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk tersusun dari beberapa kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat dibedakan
atas:
a. Kalimat
majemuk setara/koordinatif.
Kalimat
majemuk setara adalahkalimat yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang
sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya, kalimat majemuk setara terbagi lagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Kalimat
majemuk penjumlahan, ditandai oleh kata hubung dan, lalu, kemudian, dan
sebagainya.
Contoh: Pak Heru membacakan soal dan siswa mendengarkan dengan
saksama.
2. Kalimat
majemuk pemilihan, ditandai oleh kata hubung atau.
Contoh
: Kamu maupesan soto ayam atau soto sapi.
3. Kalimat
majemuk pertentangan, ditandai oleh kata hubung tetapi danmelainkan.
Contoh : Ayah sering menasihatinya, tetapi dia tetap tidak mau
berubah.
4.
Kalimat majemuk setara sebab-akibat adalah kalimat majemuk setara yang
menggunakan kata penghubung : sebab, akibat, berhubung, karena.
Contoh : saya tidak pergi karena sakit
b. Kalimat
Majemuk Bertingkat/ Subkoordinatif.
Kalimat
majemuk bertingkat adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih
yang tidak sederajat. Salah satu pola menduduki fungsi utama kalimat, yang
lazimnya disebut dengan induk kalimat, sedangkan pola yang lain yang lebih
rendah kedudukannya disebut anak kalimat.
Fungsi
itu sekaligus menunjukan relasi antara induk kalimat dan anak kalimat. Kalimat
majemuk bertingkat terbagi menjadi:
1. Kalimat
majemuk hubungan waktu, ditandai oleh kata hubungsetelah, sewaktu, sejak,
mankala, ketika, dan sebagainya.
Contoh
: Ia menjadi sebatang kara` sejak ayah dan ibunya meninggal.
2. Kalimat
majemuk hubungan syarat, ditandai oleh konjungsi jika, seandainya,
andaikan, asalkan, apabila.
Contoh : Kamu boleh membeli sepeda asalkan nilai rapormu bagus.
3. Kalimat
majemuk hubungan tujuan ditandai oleh konjungsi agar, supaya, dan biar.
Contoh
: Minumlah obat itu agar kamu cepat sembuh.
4. Kalimat
majemuk hubungan konsesif, ditandai oleh konjungsiwalaupun, meskipun,
sekalipun, biarpun, kendatipun dan sungguhpun.
Contoh: Dia tetap teguh pada pendiriannya walaupun setiap orang
menentangnya.
5. Kalimat
majemuk hubungan perbandingan, ditandai oleh kata penghubung daripada,
ibarat, seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana.
Contoh: Daripada kamu duduk-duduk saja, lebih baik kamu bantu ibumu
merapikan rumah.
6. Kalimat
majemuk hubungan penyebaban, ditandai oleh kata penghubung sebab, karena,
oleh karena.
Contoh : Saya tidak berangkat ke Medan karena ada pekerjaan yang
harus segera diselesaikan di sini.
7. Kata
majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata penghubungsehingga, sampai-sampai,
maka.
Contoh : kamu terlalu asyik menonton film sehingga lupa sholat.
8. Kata
majemuk hubungan cara, ditandai oleh kata penghubungdengan.
Contoh: Gelandangan itu tidur di emperan toko dengan beralaskan
koran.
9. Kata
majemuk hubungan sangkalan, ditandai oleh konjungsiseolah-olah, seakan-akan.
Contoh: Dia tenang saja seolh-olah dia tidak mengetahui persoalan
yang terjadi.
10. Kalimat
majemuk hubungan kenyataan, ditandai oleh konjungsipadahal, sedangkan.
Contoh:
Dia pura-pura tidak tahu padahal dia tahu banyak.
11. Kalimat
majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi makanya.
Contoh : Kamu susah makan, makanya lambungmu sering sakit.
12. Kalimat
majemuk hubungan penjelasan, ditandai oleh kata penghubung bahwa, yaitu.
Contoh : Kamu harus tahu bahwa kamu adalah putera Pak Sanjaya.
13. Kalimat
majemuk hubungan atributif, ditandai oleh konjungsi yang.
Contoh : Pemuda yang berdiri di dekat pohon itu, kekasih Andria.
c. Kalimat
Majemuk Campuran
Kalimat
majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat
majemuk bertingkat.
Contoh
:Artis cantik itu hanya bisa diam lalu pergi begitu saja ketika beberapa
wartawan menanyainya.
3. Kalimat
Langsung
Kalimat
langsung adalah kalimat yang menirukan ujaran orang lain.
Contoh : Ibu berkata “Saya tidak senang melihat rambut gondrong”.
4. Kalimat
Tidak Langsung
Kalimat
tidak langsung adalah kalimat yang menyampaikan kembali ujaran orang lain.
Contoh: Ibu mengatakan bahwa Ia tidak senang melihat rambut gondrong.
5. Kalimat
Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi pelaku. Ciri utama kalimat
aktif adalah predikatnya berupa kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan ber-.
Contoh
:
Ibu
sedang membuat martabak telur.
Berdasarkan
hubungan antara predikat dan objeknya, kalimat aktif terbagi menjadi:
a. Kalimat
aktif transitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya mutlak membutuhakan
objek.
Contoh : Andre memperkenalkan Hendra kepada teman- temannya.
P O
b. Kalimat
aktif semitransitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya memerlukan
pelengkap.
Contoh:
Negara Indonesia berlandaskan hukum.
P Pel
c. Kalimat
aktif dwitransitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya membutuhkan objek dan
pelengkap.
Contoh
: Petugas itu memperbolehkan saya merokok di ruangan ini.
P
O Pel
6. Kalimat
Pasif
Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan.
Ciri-ciri
kalimat pasif adalah sebagai berikut:
a. Predikatnya
berisi kata kerja berawalan di-, ter-, dan kofiks ke-an.
Contoh
: Ina kehujanan tadi malam.
b. Bentuk
diri atau persona ku-, kau-.
Contoh
: Coba kau lihat bunga ini.
Kalimat
aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif. Caranya adalah sebagai berikut:
a. Tukarkan
pengisi subjek (S), dengan pengisi objek (O).
b. Ganti
awalan me- dengan di- pada predikat.
c. Tambahkan
kata oleh di belakang predikat (manasuka).
Contoh:
Pemerintah mencanangkan Progam
Indonesia Sehat 2010. (Aktif)
S P O
Progam
Indonesia Sehat 2010 dicanangkan (oleh) pemerintah. (Pasif)
O P S
Jika
subjek pada kalimat aktif berupa kata ganti aku, saya, kami, kita, engkau,
kamu, anda, dia, beliau, atau mereka. Berlaku kaidah berikut:
a. Ubah
pola SPO menjadi OSP.
b. Hapus
awalan meN- dari P
c. Rapatkan
S dan P tanpa kata pemisah apapun. Jika semula mula predikatnya mengandung kata
bantu seperti akan, dapat, atau kata ingkar tidak, letakan kata-kata
tersebut sebelum S.
d. Gantikan
aku dengan ku- dan engkau dengan kau (manasuka).
Contoh: Mereka sedang
menyelesaikan tugas yang sangat mulia. (aktif)
S P O
Tugas
yang sangat mulia sedang mereka selesaikan. (Pasif)
7. Kalimat
Mayor
Kalimat
mayor adalah kalimat sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat, dapat
berupa S-P, S-P-O atau S-P-O-K.
Contoh
:
Saya
mengantuk.
Presiden
berkunjung ke Australia.
8. Kalimat
Minor
Kalimat
Minor adalah kalimat yang mengandung satu unsure pusat. Unsur pusat
tersebut biasanya berupa predikat.
Contoh
: Pergi!
Berdasarkan fungsi dan tujuannya, ragam kalimat dibedakan atas:
1. Kalimat
Berita
Kalimat
berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan suatu kejadian atau suatu
keadaan. Dalam bentuk tulisan kalimat berita diakhiri dengan tanda titik (.),
sedangkan dalam bentuk lisan, nadanya naik di akhir kalimat.
Contoh:
Harga BBM akan dinaikkan mulai bulan Mei 2008.
2. Kalimat
Perintah
Kalimat
perintah adalah kalimat yang berisikan perintah atau seruan untuk melakukan
sesuatu. Kalimat berita dalam bentuk tulisan diakhiri tanda seru (!) atau titik
(.).
Ciri-ciri
kalimat perintah:
a. Predikatnya
menggunakan partikel –lah.
b. Dapat
menggunakan kata tolong, coba, atau silakan untuk memperhalus
kalimat.
c. Kalimat
perintah larangan sering didahului oleh kata jangan.
Contoh
: Jangan bermain di sini!
3. Kalimat
Tanya
Kalimat
Tanya adalah kalimat yang berisikan pertanyaan seseorang kepada orang lain.
Cara
membuat kalimat tanya:
a. Membalikkan
urutan kata lalu ditambah partikel –kah.
Contoh
:
Kakak
membeli mobil baru.
Menjadi
: Membeli mobil barukah kakak?
b. Menggunakan
kata tanya apa, siapa, beberapa, kapan, mengapa, bagaimana, di mana, dan
sebagainya.
Contoh
: Kapan kamu datang?
c. Menambahkan
partikel –kah pada kata tanya.
Contoh
: Dimanakah dia berada?
d. Menggunakan
kata bukan atau tidak.
Contoh
: Sepatu ini milikmu, bukan?
e. Mengubah
intonasi kalimat.
Contoh
:
Rino
sedang tidur.
Menjadi
: Rino sedang tidur?
4. Kalimat
Seru
Kalimat
seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan.
Contoh
: Wah, luar biasa pertandingan itu.
5. Kalimat
Empatik
Kalimat
empatik adalah kalimat yang memberikan penegasan khusus kepada subjek.
Contoh
: Kami lah yang terlambat datang.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi sintaksis adalah subjek, predikat,
objek, pelengkap dan keterangan. Sintaksis terdiri dari frasa, klausa, dan
kalimat. Dari frasa, klausa dan kalimat memiliki pengertian dan jenis-jenisnya.
Frasa
merupakan gabungan dua kata atau lebih yang menempati satu fungsi dan tidak
melebihinya. Sedangkan klausa merupakan unsur kalimat yang mewajibkan adanya
dua fungsi sintaksis, yakni subjek dan predikat sedang yang lainnya tidak
wajib. Untuk kalimat yaitu satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal
dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai
(lengkap).
4.2 Saran
Dengan
disusunnya makalah “sintaksis” ini kami mengharapkan pembaca dapat mengetahui
kajian sintaksis dan pembaca dapat mengetahui sebenarnya sintaksis itu erat
hubungannya dengan bahasa yang kita gunakan sehari-hari.
Makalah
ini kami susun hanya berdasarkan sumber-sumber yang kami dapatkan dan makalah
ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, jika pembaca
mendapatkan sumber-sumber lain yang dapat mendukung perbaikan makalah ini, kami
selaku penulis mengucapkan terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar