Kamis, 05 Juni 2014

Sintaksis

Sintaksis

BAB I
PENDAHULUAAN
1.1 Latar Belakang
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan  masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Banyak permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar kata dalam  tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frase, klausa dan kalimat. Didalam  makalah ini akan dibahas ketika pokok bahasan tersebut secara rinci.

1.2 Rumusan Masalah
   Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian dari sintaksis?
2.      Apa saja yang termasuk dalam sintaksis bahasa Indonesia?
3.      Apakah yang dimaksud dengan frasa, klausa, dan kalimat?
4.      Apa sajakah macam-macam dari frasa dan strukturnya?
5.      Apa sajakah macam-macam dari klausa dan srukturnya dalam sintaksis?
6.       Apa saja macam-macam dari kalimat dan strukturnya?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah  ini adalah sebagai berikut:
1.      Dapat mengetahui pengertian sintaksis.
2.      Dapat mengetahui secara jelas frasa, klausa, dan kalimat dalam sintaksis.
3.      Dapat mengetahui jenis-jenis frasa dan strukturnya dalam kajian sintaksis.
4.      Dapat mengetahui macam-macam klausa beserta strukturnya.
5.      Dapat mengetahui jenis-jenis kalimat dan strukturnya dalam kajian sintaksis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa belanda yaitu syntaxis.  Dalam bahasa inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase (Ramlan,2001). Misalnya :
Saya dan ali sedang menggambar lukisan pemandangan ketika nenek aminah sedang memasak kentang goreng
Contoh di atas dapat diklasifikasikan atas :
Satu kalimat :
      -  saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan ketika nenek Aminah                    sedang memasak kentang goreng
 Dua klausa :
(1)    saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan
(2)    ketika nenek Aminah sedang memasak kentang goreng
Enam frasa :
(1)    saya dan Ali
(2)    sedang menggambar
(3)    lukisan pemandangan
(4)    nenek Aminah
(5)    sedang memasak
(6)    kentang goreng
2.1.2 Frase
            Ramlan (1981) membagi frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya atas dua jenis, yakni frase endosentrik dan frase eksosentrik.Frase adalah kelompok kata yang menduduki suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap,subjek, dan keterangan ) dan kesatuan makna dalam kalimat.
a.    Frasa Eksosentris
Frasa Eksosentris, adalah frasa yang komponen-komponennya tidak mempunyai prilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhan dan tidak mempunyai UP (unsur pusat)
Contoh:
Sejumlah orang di gardu.
            Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdirii atas :
1.      Frase verbal , yaitu satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa.
            Contoh : kapal laut itu sudah berlabuh
2.      Frase nominal, yaitu dua buah kata atau lebih yang intinya dari nominal atau benda dan satuan itu tidak membentuk klausa.
            Contoh : Kakek membeli tiga buah layang-layang
3.      Frase ajektival, yaitu satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa.
            Contoh : Baju itu sangat indah
4.      Frase pronominal, yaitu dua kata atau lebih yang intinya pronominal dan hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat.
            Contoh : Saya sendiri akan pergi ke pasar
5.      Frase numeralia, yaitu dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia.
            Contoh : Tiga buah rumah sedang terbakar
b.      Frasa Endosentris
    frase endosentrik terbagi atas tiga jenis :
(a)    Frase endosentrik koordinatif, yaitu frase yang unsur-unsurnya setara,dapat dihubungkan dengan kata dan, atau, misalnya :
-          Kakek nenek
(b)   Frase endosentrik atributif, yaitu frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tak dapat disisipkan kata penghubung dan, atau , misalnya :
-          Buku baru
(c)    Frase endosentrik apositif, yaitu frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat dihubungkan dengan kata dan  dan atau, misalnya :
-          Almin, anak pak Darno sedang membaca
2.1.3 Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa berpotensi menjadi kalimat (kridalaksana 1982:85).
“klausa dijelaskan sebagai satuan gramatikal yang terdiri atas dari P,baik disertai S, O, PEL, KET atau tidak. Dengan  ringkas klausa ialah (S) P (O),(PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yangterletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.”(Ramlan 1981:62)
(a)    Klasifikasi Klausa
Ada lima dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Kelima  dasar itu adalah:
1.       Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir.
Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya:
a)       Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
1.      Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.
Contoh : Kondisinya masih kritis.
2.      Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
Contoh : Masih kritis kondisinya.                   
b)   Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.

2.    Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
a.        Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
Contoh : Bambang seorang pesepak bola tersohor.
b.       Klausa Negatif
             Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh : Bambang bukan seorang pesepak bola tersohor.
3.   Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
a)  Klausa Nomina
     Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh: Bapak itu dosen linguistik.
b)  Klausa Verba
                   Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.
Contoh : Dia membantu para korban banjir.           
Klausa verba dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:
a.       Klausa Transitif , yaitu klausa yang predikatnya berupa verba transitif.
  Contoh: Adik menulis surat.
b.       Klausa Intrasitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitif.
Contoh: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
c.        Klausa Refleksi, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba refleksif.
Contoh: Kakak sedang berdandan.
d.      Klausa Resiprokal, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal.
Contoh: Orang itu bertengkar sejak tadi.

c)  Klausa Adjektiva
          Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva.
Contoh : Ibu guru sangat baik.

d)  Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia.
Contoh : Anaknya empat orang.

e)   Klausa Preposisiona
           Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona.
Contoh : Kertas itu di bawah meja.

f)   Klausa Pronomia
      Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh : Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.

4.       Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
a.       Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki subjek dan predikat, sehingga berpotensi untuk menjadi kalimat mayor. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh :  Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
b.       Klausa terikat
            Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak lengkap. Kalimat minor adalah konsep yang merangkum: pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat telegram.
Contoh : Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.

5.       Klasifikasi klausa berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.

a.        Klausa Atasan
Klausa atasan adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
Contoh : Irwan datang ketika kami sedang menonton film.
               Klausa Atasan
b.      Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang belum lengkap isinyadan  tidak dapat berdiri sendiri.
Contoh : Irwan datang ketika kami sedang menonton film.
                                                      Klausa Bawahan



2.1.4 Kalimat
      Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia :1988 dikatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.  Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda Tanya, atau tanda seru.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
Jenis Kalimat
      Dari segi bentuk, kalimat dapat dikelompokan atas dua jenis :
1.      Kalimat tunggal
 yaitu kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) taua kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa.
            Contoh :
                   Toni menanam biji jarak di kebun
                           S         P                O             Ket
Berdasarkan predikatnya, kalimat tunggal terbagi atas:
a.       Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh: Ayahnya seorang pelukis.
b.      Kalimat verbal adalah kalimat yang  predikatnya berupa kata kerja.
Contoh :  Rino belajar aritmetiak.
c.       Kalimat adjectival adalah kalimat yang predikatnya berupa adjektiva atau kata sifat.
Contoh : Soal ini sulit sekali.

2.      Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yag terdiri atas dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk tersusun dari beberapa kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas:
a.       Kalimat majemuk setara/koordinatif.
Kalimat majemuk setara adalahkalimat yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya, kalimat majemuk setara terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1.      Kalimat majemuk penjumlahan, ditandai oleh kata hubung dan, lalu, kemudian, dan sebagainya.
               Contoh: Pak Heru membacakan soal dan siswa mendengarkan dengan saksama.
2.      Kalimat majemuk pemilihan, ditandai oleh kata hubung atau.
Contoh : Kamu maupesan soto ayam atau soto sapi.
3.      Kalimat majemuk pertentangan, ditandai oleh kata hubung tetapi danmelainkan.
                 Contoh : Ayah sering menasihatinya, tetapi dia tetap tidak mau berubah.
4. Kalimat majemuk setara sebab-akibat adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata penghubung : sebab, akibat, berhubung, karena.
       Contoh : saya tidak pergi karena sakit

b.      Kalimat Majemuk Bertingkat/ Subkoordinatif.
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih yang tidak sederajat. Salah satu pola menduduki fungsi utama kalimat, yang lazimnya disebut dengan induk kalimat, sedangkan pola yang lain yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat.
Fungsi itu sekaligus menunjukan relasi antara induk kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat terbagi menjadi:
1.      Kalimat majemuk hubungan waktu, ditandai oleh kata hubungsetelah, sewaktu, sejak, mankala, ketika, dan sebagainya.
Contoh : Ia menjadi sebatang kara` sejak ayah dan ibunya meninggal.
2.      Kalimat majemuk hubungan syarat, ditandai oleh konjungsi jika, seandainya, andaikan, asalkan, apabila.
               Contoh : Kamu boleh membeli sepeda asalkan nilai rapormu bagus.  
3.      Kalimat majemuk hubungan tujuan ditandai oleh konjungsi agar, supaya, dan biar.
Contoh : Minumlah obat itu agar kamu cepat sembuh.
4.      Kalimat majemuk hubungan konsesif, ditandai oleh konjungsiwalaupun, meskipun, sekalipun, biarpun, kendatipun  dan sungguhpun.
               Contoh: Dia tetap teguh pada pendiriannya walaupun setiap orang menentangnya.
5.      Kalimat majemuk hubungan perbandingan, ditandai oleh kata penghubung daripada, ibarat, seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana.
               Contoh: Daripada kamu duduk-duduk saja, lebih baik kamu bantu ibumu merapikan rumah.
6.      Kalimat majemuk hubungan penyebaban, ditandai oleh kata penghubung sebab, karena, oleh karena.
                 Contoh : Saya tidak berangkat ke Medan karena ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan di sini.
7.      Kata majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata penghubungsehingga, sampai-sampai, maka.
                 Contoh : kamu terlalu asyik menonton film sehingga lupa sholat.
8.      Kata majemuk hubungan cara, ditandai oleh kata penghubungdengan.
                 Contoh: Gelandangan itu tidur di emperan toko dengan beralaskan koran.
9.      Kata majemuk hubungan sangkalan, ditandai oleh konjungsiseolah-olah, seakan-akan.
               Contoh: Dia tenang saja seolh-olah dia tidak mengetahui persoalan yang terjadi.
10.  Kalimat majemuk hubungan kenyataan, ditandai oleh konjungsipadahal, sedangkan.
Contoh: Dia pura-pura tidak tahu padahal dia tahu banyak.
11.  Kalimat majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi makanya.
                 Contoh : Kamu susah makan, makanya lambungmu sering sakit.
12.  Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai oleh kata penghubung bahwa, yaitu.
                 Contoh : Kamu harus tahu bahwa kamu adalah putera Pak Sanjaya.
13.  Kalimat majemuk hubungan atributif, ditandai oleh konjungsi yang.
                 Contoh : Pemuda yang berdiri di dekat pohon itu, kekasih Andria.
c.       Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh :Artis cantik itu hanya bisa diam lalu pergi begitu saja ketika beberapa wartawan menanyainya.

3.      Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ujaran orang lain.
                    Contoh : Ibu berkata “Saya tidak senang melihat rambut gondrong”.
4.      Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menyampaikan kembali ujaran orang lain.
               Contoh: Ibu mengatakan bahwa Ia tidak senang melihat rambut gondrong.
5.      Kalimat Aktif
                  Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi pelaku. Ciri utama kalimat aktif adalah predikatnya berupa kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan ber-.
Contoh :
Ibu sedang membuat martabak telur.

Berdasarkan hubungan antara predikat dan objeknya, kalimat aktif terbagi menjadi:
a.       Kalimat aktif transitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya mutlak membutuhakan objek.
                 Contoh : Andre memperkenalkan Hendra kepada teman- temannya.
                                                           P                 O        
b.      Kalimat aktif semitransitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya memerlukan pelengkap.
Contoh: Negara Indonesia berlandaskan hukum.
                                                       P                  Pel
c.       Kalimat aktif dwitransitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya membutuhkan objek dan pelengkap.
Contoh : Petugas itu memperbolehkan saya merokok di ruangan ini.
                                                P                    O         Pel
6.      Kalimat Pasif
       Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan.
Ciri-ciri kalimat pasif adalah sebagai berikut:
a.       Predikatnya berisi kata kerja berawalan di-, ter-, dan kofiks ke-an.
Contoh : Ina kehujanan tadi malam.
b.      Bentuk diri atau persona ku-, kau-.
Contoh : Coba kau lihat bunga ini.
Kalimat aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif. Caranya adalah sebagai berikut: 
a.       Tukarkan pengisi subjek (S), dengan pengisi objek (O).
b.      Ganti awalan me- dengan di- pada predikat.
c.       Tambahkan kata oleh di belakang predikat (manasuka).
Contoh:
Pemerintah mencanangkan Progam Indonesia Sehat 2010. (Aktif)
S                    P                               O
Progam Indonesia Sehat 2010 dicanangkan (oleh) pemerintah. (Pasif)
                                  O                    P                                 S
      Jika subjek pada kalimat aktif berupa kata ganti aku, saya, kami, kita, engkau, kamu, anda, dia, beliau, atau mereka. Berlaku kaidah berikut:
a.       Ubah pola SPO menjadi OSP.
b.      Hapus awalan meN- dari P
c.       Rapatkan S dan P tanpa kata pemisah apapun. Jika semula mula predikatnya mengandung kata bantu seperti akan, dapat, atau kata ingkar tidak, letakan kata-kata tersebut sebelum S.
d.      Gantikan aku dengan ku- dan engkau dengan kau (manasuka).
Contoh: Mereka sedang menyelesaikan tugas yang sangat mulia. (aktif)
                   S                     P                                  O
 Tugas yang sangat mulia sedang mereka selesaikan. (Pasif)
7.      Kalimat Mayor
      Kalimat mayor adalah kalimat sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat, dapat berupa S-P, S-P-O atau S-P-O-K.
Contoh :
Saya mengantuk.
Presiden berkunjung ke Australia.
8.      Kalimat Minor
       Kalimat Minor adalah kalimat yang mengandung satu unsure pusat. Unsur  pusat tersebut biasanya berupa predikat.
Contoh : Pergi!
         Berdasarkan fungsi dan tujuannya, ragam kalimat dibedakan atas:
1.      Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan suatu kejadian atau suatu keadaan. Dalam bentuk tulisan kalimat berita diakhiri dengan tanda titik (.), sedangkan dalam bentuk lisan, nadanya naik di akhir kalimat.
Contoh: Harga BBM akan dinaikkan mulai bulan Mei 2008.
2.      Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisikan perintah atau seruan untuk melakukan sesuatu. Kalimat berita dalam bentuk tulisan diakhiri tanda seru (!) atau titik (.).
Ciri-ciri kalimat perintah:
a.       Predikatnya menggunakan partikel –lah.
b.      Dapat menggunakan kata tolong, coba, atau silakan untuk memperhalus kalimat.
c.       Kalimat perintah larangan sering didahului oleh kata jangan.
Contoh : Jangan bermain di sini!
3.      Kalimat Tanya
Kalimat Tanya adalah kalimat yang berisikan pertanyaan seseorang kepada orang lain.
Cara membuat kalimat tanya:
a.       Membalikkan urutan kata lalu ditambah partikel –kah.
Contoh :
Kakak membeli mobil baru.
Menjadi : Membeli mobil barukah kakak?
b.      Menggunakan kata tanya apa, siapa, beberapa, kapan, mengapa, bagaimana, di mana, dan sebagainya.
Contoh : Kapan kamu datang?
c.       Menambahkan partikel –kah pada kata tanya.
Contoh : Dimanakah dia berada?
d.      Menggunakan kata bukan atau tidak.
Contoh : Sepatu ini milikmu, bukan?
e.       Mengubah intonasi kalimat.
Contoh :
Rino sedang tidur.
Menjadi : Rino sedang tidur?
4.      Kalimat Seru
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan.
Contoh : Wah, luar biasa pertandingan itu.
5.      Kalimat Empatik
Kalimat empatik adalah kalimat yang memberikan penegasan khusus kepada subjek.
Contoh : Kami lah yang terlambat datang.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi sintaksis adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Sintaksis terdiri dari frasa, klausa, dan kalimat. Dari frasa, klausa dan kalimat memiliki pengertian dan jenis-jenisnya.
Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang menempati satu fungsi dan tidak melebihinya. Sedangkan klausa merupakan unsur kalimat yang mewajibkan adanya dua fungsi sintaksis, yakni subjek dan predikat sedang yang lainnya tidak wajib. Untuk kalimat yaitu satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap).
 4.2 Saran
Dengan disusunnya makalah “sintaksis” ini kami mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian sintaksis dan pembaca dapat mengetahui sebenarnya sintaksis itu erat hubungannya dengan bahasa yang kita gunakan sehari-hari.
Makalah ini kami susun hanya berdasarkan sumber-sumber yang kami dapatkan dan makalah ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, jika pembaca mendapatkan sumber-sumber lain yang dapat mendukung perbaikan makalah ini, kami selaku penulis mengucapkan terima kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar